Sabtu, 08 Desember 2012

Mahasiswa bodoh, Pandai Berdebat tapi nol dalam tindakan |


Mahasiswa bodoh, -Lagi-Lagi, indonesia kalah dengan negara jiran (Malaysia & Singapura) dalam hal berpolitik dan Sumber Daya Manusia. Belakangan ini Raksasa IT Dunia lebih memilih melakukan Expansi bisnisnya ke kedua negara tetangga tersebut, sebut saja Facebook, Google, Apple, Samsung, dll.
Para Raksasa IT Dunia tersebut memilih membangun kantor cabang, perwakilan, pabrik maupun kantor sales dan enginering.
Alasannya, apalagi kalau bukan soal ekosistem industri yang bagus termasuk di antaranya stabilitas politik hingga dari sisi sumber daya manusianya. Disini sudah jelas, bahwa Sumber Daya Manusia yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia masih sangat jauh tertinggal dibandingkan penduduk di kedua Negara tersebut.
Sebenarnya, jika kita mau jujur dan mau terbuka, indonesia jauh lebih banyak memiliki Sumber Daya Manusia yang lebih bagus dari Malaysia, tetapi kembali ke birokrasi serta penghargaan yang diberikan pemerintah indonesia sangat mengecewakan terhadappara pelaku kreativitas ini.
Disisi lain, ini adalah perihal yang paling mengerikan dan masalah klasik yang paling membahayakan, sistem pendidikan di indonesia lebih mengarah untuk mengajarkan kepada peserta didik untuk menjadi MALING daripada menjadi orang yang bertanggung jawab.
Mahasiswa hanya diajarkan pandai berdebat dengan bahasa tinggi yang berbelit-belit daripada diajarkan keahlian atau skill. Makanya tidak heran, ketika mereka sudah bekerjadi sebuah dinas pemerintahan, mereka jauh lebih pandai berbicara daripada melaksanakan apa yang mereka bicarakan.
Mahasiswa lebih banyak diberi tugas-tugas yang sama sekali tidak berhubungan dengan masa depan dan dunia kerja. Sehingga mahasiswa sekarang hanya pandai dalam berorasi daripada mewujudkan demokrasi yang sesungguhnya.
Mahasiswa sering dipersulit dalam mengerjakan skripsinya, kadang-kadang harus menunggu hingga beberapa bulan hanya untuk mendapatkan agreement dosennya, bahkan ada yang sampai dosennya meninggal, hingga mengulang dengan dosen baru, dan harus membuat skripsi baru, yang kadang membutuhkan waktu bertahun-tahun, sampai ada mahasiswa yang kuliah hingga 12 semester baru selesai. Setelah terjun ke dunia kerja, mereka bingung mau melakukan apa, karena memang di instansi pendidikan yang mereka tempuh selama bertahun-tahun tidak mengajarkan keahlian.
Di Indonesia, masyarakatnya cenderung bersikap Gengsi daripada Fungsi. Umumnya kalau seseorang sudah mendapatkan Gelar, rasa percaya dirinya menjadi berlebihan. Yang penting bergelar dulu, masalah pekerjaan bisa diatur, yang penting ada uang. Mau bekerja saja membayar terlebih dahulu. Kalau sudah diterima kerja, pastinya berpikir bagaimana cara mengembalikan uang pelicin tersebut bukan ???
Masih sangat sedikit Institusi pendidikan yang menerapkan belajar keahlian yang dikombinasikan dengan ilmu dalam bersikap dan memiliki karakter tepat. Padahal didunia kerja , sikap, karakter, serta keahlian menjadi pemuncak. Dapat kita perhatikan para PNS dan para wakil rakyat yang tidak memiliki sikap dan karakter baik, umumnya bekerja hanya berorientasi dengan uang, sehingga rasa tanggung jawab sebagai wakil rakyat sama sekali tidak ada.
Dari catatan diatas, ini bukan salah Mahasiswa, tapi salah pada system pendidikannya, salah pada birokrasi kampusnya, dan salah para pendidiknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...